Minggu, 10 Oktober 2010

Minggu, 26 September 2010

Pedoman Pola Makan bagi Bayi dan Balita


"Anak Saya susah makan....."

Komentar semacam ini berulang kali saya dengar dari para ibu. Satu hal yang menarik adalah, tidak jarang kalimat tersebut muncul dari ibu yang anaknya berusia masih kurang dari 4 ataupun 6 bulan. Menjadi sebuah hal yang menarik karena ternyata para orang tua ( ibu-ibu khususnya.red ), sesungguhnya bisa menjawab dengan baik tentang kapan seharusnya anak mulai diperkenalkan dengan makanan padat. Dengan lantang mereka akan menjawab rentang usia yang tepat, namun seperti yang seringkali terjadi, tahu namun tidak melaksanakannya. Dalam bahasa kedokteran, hal semacam ini diberi istilah pemahaman yang sampai pada taraf tilikan intelektual, hanya sekedar tahu namun tidak berbuat apa-apa dengan pengetahuannya itu.

Satu hal yang patut menjadi perhatian dari para ibu, atau lebih tepatnya calon ibu adalah memahami apa yang seharusnya dilakukan bagi putra/putrinya saat mereka lahir. Bukan hanya sekedar warna apa yang sebaiknya dipilih untuk kamar ataupun baju bayi mereka, bukan juga tentang nama apa yang cocok diberikan sesuai dengan tanggal kelahiran ataupun hari baik, namun saya sangat berharap bahwa orang tua juga memikirkan tentang apa yang akan saya berikan atau sediakan bagi anak agar mereka bisa tumbuh sehat dan kuat. Mengapa kuat? Sebab daya tahan tubuh anak yang baru lahir sangatlah rapuh. Daya tahan tubuh yang mereka miliki sedang dalam taraf perkembangan dan pematangan, sehingga menjadi penting bagi kita semua agar bisa mengupayakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan anak.

ASI ( Air Susu Ibu )
ASI sangat direkomendasikan bagi anak yang baru lahir. ASI merupakan makanan alami bagi setiap anak baik yang cukup bulan maupun prematur selama bulan-bulan pertama kehidupannya. Keunggulan ASI terletak pada nutrisi, praktis, serta memiliki keuntungan dalam hal fisiologis, imunologis dan psikologis. Kontraindikasi menyusui di antaranya : ibu yang sedang menjalani kemoterapi atau terapi radiasi, HIV/AIDS, TB yang tidak diterapi, herpes primer atau herpes pada regio payudara, obat-obatan tertentu ( obat anti tiroid, kloramfenikol ), pemakaian alkohol dan obat-obatan terlarang.

WHO menganjurkan pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupan dan mekanan tambahan dapat diberikan sesudahnya sampai usia mencapai 1 tahun. Alternatif ASI adalah susu formula yang terbuat dari susu sapi ataupun protein soya. Komposisi susu ibu dan susu sapi berbeda dalam hal protein, jenis lemak, serta kuantitas mineral dan vitamin. Meski teknologi terbaru telah diterapkan dalam pembuatan susu formula, tetap tidak dapat menandingi keunggulan daya tahan tubuh yang dimiliki oleh ASI.

Tahap pemberian makanan pada bayi
Pada usia 6 bulan, mekanisme menelan bayi sudah berembang dengan cukup baik sehingga mereka dapat diperkenalkan dengan makanan padat. Mendekati akhir usia 1 tahun (12 bulan), penyapihan dari ASI atau botol ke gelas sangat disarankan. Namun demikian, seringkali dijumpa banyak anak masih melanjutkan minum dari botol pada usia sekian.Anak yang masih meneruskan minum dari botol untuk jangka waktu lama ( sampai usia 15 bulan ) memiliki risiko tinggi untuk terjadinya karies dan hal ini memungkinkan tambahan risiko untuk otitis media. Rekomendasi diet yang harus diberikan selama masa tumbuh kembang adalah sebagai berikut :

0-12 bulan:
Pola makan vegetarian tidak dianjurkan pada usia 2 tahun awal. Susu skim ataupun 2% tidak lagi dipergunakan sejak diketahui bahwa lemak ( fat ) dibutuhkan untuk perkembangan saraf. ( susu utuh mengandung 4% lemak, susu 2% mengandung 2% lemak, susu skim tidak tidak mengandung lemak ). Susu sapi murni tidak disarankan sebelum usia 9 bulan ( tinggi kadar solut di ginjal, komposisi protein yang rendah, penyerapan zat besi yang buruk, serta distribusi energi yang kurang tepat). ASI dan atau susu formula dapat diberikan secara eksklusif ( tanpa perlu makanan padat tambahan) sampai usia 6 bulan. Beberapa vitamin tambahan mungkin diperlukan ( ex. vitamin K diberikan tepat saat bayi lahir, vitamin D untuk mencegah riketsia). Harus dipastikan adanya asupan zat besi ( beberapa susu formula yang disebut “rendah zat besi”, tidak memiliki cukup zat besi yang diperlukan ). Suplementasi fluoride harus dimulai saat usia 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 12-16 tahun untuk mencegah insiden karies gigi, terutama di area-area dimana pasokan air yang ada kurang mengandung fluoride.

6-9 bulan :
Ini adalah tahap dimana makanan padat mulai diperkenalkan. Cereal kaya zat besi ( ex. Beras sereal ) harus dimulai pertama kali karena kemungkinan alergi yang paling kecil. Jenis makanan baru dapat ditambahkan secara bertahap ( hanya 1-2 makanan baru per minggu untuk dapat menentukan adanya hipersensitivitas dan atau intoleransi makanan). Bubur dari sayur warna kuning atau orange ( wortel, labu) dapat diberikan pada tahap selanjutnya. Sayur yang mengandung nitrit tinggi ( bit, bayam, lobak ) harus dihindari. Sayur pada umumnya diperkenalkan sebelum buah sebab rasa manis dari buah dapat menyebabkan bayi menolak jenis makanan lain. Juice, bubur daging, ikan, unggas, dan kuning telur dapat diberikan setelah bayi menunjukkan kemampuannya bertoleransi dengan bubur sayur. Hindari putih telur sampai dengan usia 12 bulan karena adanya risiko alergi. Hindari makanan selingan/cemilan, sebab jenis makanan itu tidak memiliki nilai gizi serta rasa manisnya dapat menyebabkan bayi menolak makanan lain.

9-12 bulan :
Fingerfood, buah kupas, keju dan sayur masak lunak dapat mulai diberikan. Hindari kacang dan sayuran mentah dan keras sampai usia 3-4 tahun karena adanya risiko aspirasi ( tersedak ). Hindari tambahan gula, garam, lemak atau bumbu penyedap.

1-2 tahun :
Perilaku makan pada usia 1-2 tahun mempengaruhi tahun-tahun selanjutnya. Pola makan vegetarian tidak direkomendasikan pada 2 tahun awal kehidupan. Table food yang sangat lunak dapat diperkenalkan. Makanan tinggi protein mendukung proses pertumbuhan yang baik. Karbohidrat dan lemak dibutuhkan sebagai sumber energi.

2 tahun :
Snack bisa disertakan ( juice dan crackers ), namun inipun mesti dengan perhatian khusus. Usia ini ( seringkali dikenal sebagai usia 2 tahun yang mengerikan ) ditandai dengan menurunnya nafsu makan ( karena interaksi sosial ataupun penolakan makanan ) sera penambahan berat badan yang sangat sedikit. Orangtua seringkali secara tidak sadar memberi hadiah untuk hal-hal yang kurang baik. Sebagai contoh< bila anaktidak cukup makan pada jam makan siang atau makan malamnya, orangtua merasa takut dan kasihan serta sangat menginginkan supaya anaknya tumbuh dengan baik, maka mereka memberikan kepada anak-anaknya snack ( kue-kue, coklat, es krim) pada saat sela di antara jam makan. Karena sanck ini tidak pernah memiliki gizi sebagaimana yang seharusnya diberikan pada makan malam, serta karena snack seringkali memiliki rasa yang lebih enak, kemudian anak-anak belajar bahwa bila mereka menolak makan pada jam-jam makan yang seharusnya, maka mereka akan mndapat hadiah snack pada saat-saat sesudahnya yang sudah pasti memiliki rasa yang lebih enak. Sebagai hasil akan muncul pertumbuhan yang kurang baik. Orngtua seringkali secara tidak sengaja juga memberi hadiah bagi mereka yang berperilaku buruk pada saat jam makannya ( ex. Bila kamu makan kurang pada saat makan malam, ibu akan berikan kamu kue atau es krim beberapa saat kemudian ). Penyuluhan yang sangat diperlukan adalah memberi saran pada orangtua untuk menghindarkan segala jenis snack. Meski anak-anak tidak makan cukup pada saat jam makannya, mereka harus belajar bahwa tidak akan ada lagi makanan yang diberikan sampai dengan jam makan berikutnya. Saat hal ini dipraktekkan dengan konsisten dan pantang menyerah, anak-anak akan makan pada jam makan mereka, pada saat dimana makanan yang bergizilah yang disajikan.

2-5 tahun :
Batasi lemak sampai kurang dari 30% kalori. Ini dapat dilakukan dengan mengganti ke susu rendah lemak ( 2% atau skim ), menggunakan mentega atau margarin serta mengenyahkan lemak murni dari makanan. Pilihan jenis makan/ pola diet sangat bervariasi sesuai dengan apa yang orang dewasa makan. Pastikan adanya cukup protein dalam makanan. Vegetarian harus dengan pengawasan mengingat tidak adanya protein hewani dapa mengarah ke defisiensi vitamin B12. Jumlah protein nabati ( ex. Kedelai )sangat kecil bila dibandingkan dengan protein yang ada pada daging, ikan, ayam, serta telur. Karena tubuh kita sebagian besat tersusun dari protein, vegetarian murni lebih sulit untuk mencapai tinggi dan berat yang sama seperti mereka yang non vegetarian.

Obesitas pada anak merupakan masalah yang serius dan terus berkembang. Prevalensi diabetes tipe 2 pada anak-anak usia sekolah meningkat. Tidak pernah ada solusi yang mudah, namun pendampingan dalam hal diet untuk mengurangi konsumsi lemak dan total kalori pada usia-usia awal dimana obesitas pertama kali terdeteksi sangat tepat. Konsumsi kalori meningkat dengan pesat pada masa puber dan remaja. Aktivitas remaja sangat bervariasi, mulai dari sangat aktif hingga sangat pasif ( TV, video games dan komputer berperan besar dalam hal ini ). Individu yang lebih banyak berdiam diri lebih condonguntuk mengkonsumsi lebih banyak kalori dan berada pada risiko tinggi untuk terjadinya obesitas. Pada perempuan, perlu diberikan perhatian lebih terkait asupan besi dan kalsium. Asupan kalsium selama masa pertumbuhan yang pesat serta pembentukan rangka sangat penting karena dapat menurunkan risiko terjadinya osteoporosis di masa lanjut. Selama masa remaja, sangatlah penting mengenali adanya potensi kelainan makan seperti anoreksia dan bulimia nervosa. Dengan pengecualian pada kelainan makan, masa remaja merupakan masa dengan risiko lebih tinggi terjadinya kelebihan makan dibanding kurang makan. Pendampingan dalam hal diet sangat penting karena menentukan kebiasaaan makan pada masa dewasa.

Sumber : Case Based Pediatrics for Medical Students and Residents
Gambar diambil dari : http://parentinguru.com/

BALITA ANDA MASIH TIDUR DENGAN BOTOL DI MULUTNYA?

Oleh : Petra Ade Paramita Lestari
Dokter di Yayasan Kesehatan Gotong Royong, Surabaya



Apakah seperti ini gambaran gigi pada anak anda?
Pertimbangkan penggunaan botol dot sebagai salah satu penyebabnya. Sampai dengan saat ini,  jumlah anak yang masih diberi botol susu sebagai pengantar tidurnya saya dapati cukup banyak. Bila ini diterapkan pada bayi yang belum memiliki gigi tentu tidak menjadi masalah. Menjadi berisiko bila ini masih dilakukan pada anak-anak balita, terutama mereka yang sudah bergigi.

Nursing bottle caries, demikian istilahnya. Atau bila disederhanakan adalah, kerusakan gigi akibat pemakaian botol dot, terutama bila anak sudah akan terlelap. Gula dalam susu akan membasahi serta melapisi gigi bagian atas dan membentuk lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Gigi bagian bawah tidak terkena, disebabkan karena kepala botol ( putting botol ) ditahan antara lidah dan gigi atas, sehingga lidah melindungi gigi bagian bawah.
Pada balita, pengrusakan yang luas dari gigi akan menyebabkan nyeri, infeksi, kesulitan mengunyah, serta kesulitan bicara. Infeksi juga akan merusak gigi permanen, serta memungkinkan terjadinya gigi tanggal lebih dini dan membentuk pergeseran struktur gigi dan membutuhkan perawatan gigi lebih lanjut.

Bagaimana cara pencegahannya? Terutama adalah dengan TIDAK MEMBIARKAN ANAK TERTIDUR DENGAN BOTOL DI MULUT MEREKA. Segera setelah bayi memiliki gigi, orangtua harus memberanikan diri untuk disiplin membersihkan gigi anak dengan sikat gigi yang halus ( atau kain bersih/kassa ) ditambah sedikit pasta gigi sebelum anak tidur di malam hari. Seringkali anak berusaha menelan pasta gigi yang diberikan, sehingga cukup sedikit yang diberikan untuk mencegah fluorosis.

Risiko kerusakan gigi dapat diperkecil dengan mulai mengganti botol dengan gelas khusus untuk anak ketika anak sudah siap. Pada anak yang tetap bersikeras minum susu sebelum tidur, dapat diberi solusi dengan menyuruhnya menghabiskan keseluruhan susu selama dia masih bangun atau belum tertidur. Sesudahnya, orangtua dapat menyikat gigi anak. Bahkan pada anak yang minum ASI pun ternyata dapat terjadi kerusakan gigi bila ASI tetap kontak dengan gigi anak dalam jangka waktu lama. Contoh : tidur sambil disusui.

Hal paling utama yang harus ditekankan adalah edukasi bagi pihak orang tua. Pencegahan caries sejak dini dapat mencegah kerusakan gigi yang lebih luas pada usia lebih lanjut. Maka, mari, sebelum terlambat, perlakukan anak kita sesuai usianya. Bila anak sudah mulai tumbuh dan berkembang, orangtua juga harus siap, tegar, dan disiplin. Sebab, yang paling sering menjadi masalah adalah ketidaksiapan orangtua menghadapi anaknya yang ternyata sudah bertambah besar. Bila saya menyampaikan edukasi ini, tanggapan pertama orang tua adalah menolak, dengan alasan takut anak menangis, tidak mau tidur, rewel, dan lain-lain. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang takut? Orang tua atau si anak? Coba dulu, itu yang utama. Masa transisi adalah masa sulit, bukan hanya bagi orang dewasa, namun juga bagi anak-anak. Anak terbiasa dengan botol, tiba-tiba harus berpisah dengan benda tersebut, yang sudah dapat dikatakan sebagai benda kesayangan. Pasti akan ada penolakan pada tahap awalnya, kemarahan, bahkan mungkin mengambek. Ini semua harus dilalui. Itulah yang disebut sebagai proses. Bila sudah dicoba seoptimal mungkin namun masih juga sulit, mungkin itu tandanya anda mulai membutuhkan pertolongan pihak luar. Selamat mencoba!! Menghindari jauh lebih baik daripada mengobati.



Sumber :
www.ncbi.nlm.nih.gov › ... › West J Med  v.174(3); Mar 2001